Panduan Belajar Kripto tentang Stablecoin dan Fungsinya

Apa Itu Stablecoin?
Stablecoin adalah aset digital yang berusaha mempertahankan
nilai stabil. Tidak seperti Bitcoin yang bisa naik dari Rp400 juta ke Rp600
juta dalam hitungan minggu, stablecoin biasanya memiliki harga tetap, misalnya
1 stablecoin = 1 USD. Hal ini membuat stablecoin lebih dapat diandalkan sebagai
alat pembayaran dan penyimpan nilai.
Terdapat beberapa jenis stablecoin berdasarkan cara mereka
mempertahankan kestabilannya, yaitu:
- Fiat-Collateralized
Stablecoin – didukung oleh cadangan uang fiat. Contohnya adalah USDT
(Tether) dan USDC (USD Coin). Setiap token yang beredar biasanya didukung
oleh simpanan dolar dalam jumlah yang sama di bank.
- Crypto-Collateralized
Stablecoin – didukung oleh aset kripto lain sebagai jaminan. Misalnya
DAI yang menggunakan Ethereum dan aset kripto lain sebagai cadangan.
- Algorithmic
Stablecoin – tidak menggunakan aset cadangan, melainkan algoritma yang
mengatur suplai dan permintaan agar harga tetap stabil. Contohnya UST
(sebelum kolaps pada 2022).
Fungsi Utama Stablecoin
Stablecoin memiliki peran penting dalam ekosistem kripto dan
keuangan digital. Berikut beberapa fungsi utamanya:
1. Sebagai Alat Transaksi
Dengan nilai yang stabil, stablecoin dapat digunakan untuk
pembayaran barang dan jasa tanpa khawatir harga akan berubah drastis dalam
waktu singkat. Misalnya, jika Anda membeli kopi seharga 3 USDT hari ini,
harganya akan tetap sama besok. Hal ini berbeda dengan jika Anda membayar
menggunakan Bitcoin, di mana harga bisa berbeda karena fluktuasi.
2. Mempermudah Trading dan Investasi
Banyak trader kripto menggunakan stablecoin sebagai “safe
haven” ketika pasar sedang bergejolak. Misalnya, ketika harga Bitcoin turun
tajam, mereka bisa mengonversi asetnya ke stablecoin agar nilainya tetap
terjaga. Selain itu, stablecoin juga memudahkan proses keluar masuk dari pasar
kripto tanpa harus selalu menarik dana ke rekening bank.
3. Remittance dan Transfer Internasional
Stablecoin memudahkan pengiriman uang lintas negara dengan
biaya rendah dan kecepatan tinggi. Jika dibandingkan dengan sistem perbankan
tradisional yang bisa memakan waktu beberapa hari dan biaya transfer cukup
besar, stablecoin memungkinkan pengiriman dalam hitungan menit dengan biaya
sangat murah.
4. Akses Keuangan dan DeFi
Stablecoin menjadi fondasi utama dalam dunia Decentralized
Finance (DeFi). Banyak platform pinjaman, staking, dan yield farming
menggunakan stablecoin sebagai aset dasar karena sifatnya yang stabil. Bagi
masyarakat di negara dengan inflasi tinggi, stablecoin juga memberikan akses ke
mata uang “lebih kuat” seperti dolar tanpa harus memiliki rekening bank di luar
negeri.
Risiko dan Tantangan Stablecoin
Meski terlihat ideal, stablecoin tetap memiliki risiko.
Beberapa di antaranya adalah:
- Risiko
Regulasi: Banyak pemerintah masih memperdebatkan status hukum
stablecoin. Regulasi yang ketat bisa memengaruhi penggunaannya.
- Risiko
Cadangan: Tidak semua stablecoin benar-benar didukung oleh cadangan
yang transparan. Misalnya, Tether (USDT) sering mendapat kritik terkait
kejelasan cadangan asetnya.
- Risiko
Teknis dan Keamanan: Algorithmic stablecoin pernah mengalami
kegagalan, seperti kasus TerraUSD (UST) yang runtuh pada tahun 2022. Hal
ini menunjukkan bahwa kestabilan tidak selalu terjamin.
Kesimpulan
Stablecoin adalah inovasi penting dalam dunia kripto yang
menjembatani keunggulan aset digital dengan kestabilan mata uang fiat. Dengan
berbagai fungsi seperti alat transaksi, media investasi, sarana transfer lintas
negara, hingga pondasi bagi layanan DeFi, stablecoin memiliki potensi besar
untuk merevolusi sistem keuangan global. Namun, pengguna tetap perlu memahami
risikonya dan memilih stablecoin yang terpercaya serta diawasi dengan baik.
Bagi Anda yang baru belajar kripto, memahami stablecoin
adalah langkah penting. Dengan stabilitasnya, stablecoin bisa menjadi pintu
masuk yang aman sebelum menjelajahi aset kripto lain yang lebih fluktuatif.
Posting Komentar