ZMedia Purwodadi

Solana vs Ethereum: Mana Blockchain yang Lebih Cepat?

Table of Contents
Kriptokarensi.com - Dalam dunia blockchain, kecepatan transaksi adalah salah satu faktor kunci yang menentukan daya tarik suatu jaringan. Dua nama besar yang sering dibandingkan dalam hal ini adalah Solana dan Ethereum. Keduanya sama-sama menduduki posisi teratas dalam ekosistem kripto, namun memiliki pendekatan teknologi berbeda. Artikel ini akan membahas secara detail perbandingan Solana vs Ethereum dari sisi kecepatan, mekanisme konsensus, serta faktor lain yang memengaruhi performa keduanya.


Sekilas tentang Ethereum

Ethereum diluncurkan pada tahun 2015 oleh Vitalik Buterin dan kini menjadi blockchain terbesar kedua setelah Bitcoin. Fungsi utamanya bukan hanya sekadar menyimpan transaksi, melainkan juga mendukung smart contract serta decentralized applications (dApps).

Namun, salah satu kelemahan Ethereum klasik adalah keterbatasan skalabilitas. Pada masa sebelum pembaruan Ethereum 2.0, jaringan ini hanya mampu memproses sekitar 15–30 transaksi per detik (TPS). Angka ini tergolong rendah jika dibandingkan dengan permintaan tinggi dari aplikasi DeFi, NFT, maupun game berbasis blockchain. Akibatnya, biaya gas (fee) sering melonjak tajam saat jaringan padat.

Dengan hadirnya Ethereum 2.0 melalui mekanisme Proof-of-Stake (PoS), kapasitas jaringan diharapkan meningkat. Selain itu, solusi Layer 2 seperti Arbitrum, Optimism, dan zk-Rollups juga hadir untuk mempercepat pemrosesan. Walau begitu, kecepatan dasar Ethereum tetap kalah dibanding beberapa blockchain generasi baru.


Sekilas tentang Solana

Solana lahir pada tahun 2020 dan langsung mendapatkan sorotan berkat klaim kecepatannya yang luar biasa. Blockchain ini menggunakan kombinasi unik antara Proof-of-History (PoH) dan Proof-of-Stake (PoS).

Dengan mekanisme tersebut, Solana mampu mencapai kecepatan hingga 65.000 TPS pada kondisi ideal dengan biaya transaksi yang sangat murah, biasanya di bawah $0,01 per transaksi. Keunggulan ini membuat Solana disebut-sebut sebagai “Ethereum Killer,” meski julukan tersebut masih diperdebatkan.

Selain itu, Solana dikenal ramah bagi developer karena mendukung pembuatan dApps, DeFi, dan NFT marketplace dengan pengalaman pengguna yang cepat dan efisien. Tidak heran, banyak proyek baru yang lahir langsung di atas Solana, seperti Serum dan Magic Eden.


Solana vs Ethereum: Perbandingan Kecepatan

  1. Transaksi per Detik (TPS)
    • Ethereum (PoW lama): 15–30 TPS.
    • Ethereum setelah upgrade PoS: lebih stabil, namun rata-rata masih puluhan hingga ratusan TPS di layer dasar.
    • Solana: ribuan hingga puluhan ribu TPS, jauh lebih unggul dalam hal throughput.
  2. Finalitas Transaksi
    • Ethereum: butuh waktu sekitar 13–15 detik untuk memvalidasi satu blok. Dengan Layer 2, finalitas bisa lebih cepat.
    • Solana: finalitas transaksi dapat tercapai dalam 400–500 milidetik, mendekati waktu real-time.
  3. Biaya Transaksi
    • Ethereum: biaya gas fluktuatif, bisa mencapai beberapa dolar hingga puluhan dolar saat jaringan sibuk.
    • Solana: biaya sangat rendah, biasanya tidak lebih dari $0,01.
  4. Stabilitas Jaringan
    • Ethereum: terkenal stabil dengan infrastruktur matang. Jarang mengalami downtime meski transaksi padat.
    • Solana: pernah beberapa kali mengalami outage atau berhenti beroperasi karena masalah teknis pada konsensus. Hal ini menimbulkan keraguan soal keandalannya jangka panjang.

Faktor Lain yang Perlu Dipertimbangkan

  • Desentralisasi
    Ethereum memiliki ribuan node validator yang tersebar di seluruh dunia. Hal ini membuatnya lebih terdesentralisasi dibanding Solana, yang jumlah nodenya relatif lebih sedikit.
  • Ekosistem
    Ekosistem Ethereum jauh lebih matang, dengan ribuan proyek DeFi, NFT, dan DAO yang berjalan di dalamnya. Solana masih berkembang pesat, tetapi skalanya belum sebesar Ethereum.
  • Adopsi Developer
    Ethereum memiliki basis developer terbesar di dunia blockchain. Sementara itu, Solana semakin menarik perhatian developer baru berkat kecepatannya, meski masih kalah dalam jumlah komunitas.

Jadi, Mana yang Lebih Cepat?

Jika berbicara murni soal kecepatan transaksi, jawabannya jelas: Solana lebih cepat dibanding Ethereum. Dengan TPS yang jauh lebih tinggi dan biaya yang sangat rendah, Solana unggul dalam performa teknis.

Namun, kecepatan bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan sebuah blockchain. Ethereum tetap menjadi pilihan utama berkat desentralisasi yang kuat, stabilitas jaringan, serta ekosistem aplikasi yang sangat besar.


Kesimpulan

Perbandingan Solana vs Ethereum dalam hal kecepatan menunjukkan bahwa Solana memang menawarkan performa jauh lebih tinggi. Meski begitu, Ethereum tetap unggul dari sisi keamanan, desentralisasi, dan ekosistem yang mapan.

Bagi pengguna atau developer yang membutuhkan biaya rendah dan transaksi super cepat, Solana bisa menjadi pilihan tepat. Sementara itu, bagi mereka yang mengutamakan stabilitas, adopsi luas, serta ekosistem matang, Ethereum masih menjadi raja di dunia blockchain.

Pada akhirnya, kedua jaringan ini bisa saling melengkapi. Masa depan blockchain kemungkinan besar tidak hanya dikuasai satu pemain, melainkan kolaborasi antara berbagai jaringan dengan keunggulan masing-masing.

 

Posting Komentar