ZMedia Purwodadi

Efek Perang Iran Israel terhadap Pasar Kripto: Analisis Dampak dan Arah Pergerakan Bitcoin

Table of Contents
Kriptokarensi.com - Ketegangan geopolitik di Timur Tengah kembali meningkat setelah konflik bersenjata antara Iran dan Israel meletus pada April 2024. Konflik ini tidak hanya mengguncang sektor energi dan pasar saham global, tetapi juga menimbulkan volatilitas besar di pasar kripto. Banyak pelaku industri dan investor individu mempertanyakan bagaimana efek perang Iran Israel terhadap crypto akan berkembang dalam jangka pendek dan panjang.

Kripto


Bitcoin dan Altcoin Terpukul oleh Ketidakpastian Global

Setelah kabar serangan balasan antara Iran dan Israel merebak, harga Bitcoin (BTC) langsung tergelincir hampir 8% dalam dua hari. Dari posisi $71.000-an, harga BTC jatuh ke sekitar $65.800 pada 15 April 2024. Altcoin seperti Ethereum (ETH), Solana (SOL), dan Avalanche (AVAX) juga mengalami penurunan serentak.

Menurut analisis dari CoinDesk, ketegangan geopolitik secara umum menurunkan minat risiko investor global. "Investor institusi cenderung menarik dana dari aset yang volatil dan menunggu situasi membaik," ungkap analis teknikal Edward Moya dari OANDA.

Data Glassnode menunjukkan bahwa volume perdagangan Bitcoin di bursa meningkat 34% selama minggu pertama perang, menandakan reaksi panik dari sebagian investor.

Kripto

Korelasi dengan Emas dan Dolar AS

Uniknya, perang Iran-Israel juga memperkuat korelasi negatif antara Bitcoin dan Dolar AS. Seiring dengan meningkatnya ketegangan, indeks dolar (DXY) naik ke atas 106, sementara BTC menurun. Hal ini menandakan bahwa dolar kembali menjadi safe haven utama, setidaknya dalam krisis geopolitik tingkat tinggi seperti ini.

Di sisi lain, harga emas justru melonjak, menyentuh rekor baru $2.450 per troy ounce. Hal ini menandakan bahwa narasi "Bitcoin sebagai emas digital" masih belum sepenuhnya berlaku di saat krisis akut.

Analis dari Bloomberg Intelligence, Mike McGlone, mencatat bahwa "emas masih lebih dipercaya oleh investor global saat ketegangan geopolitik meningkat, karena sejarah dan stabilitasnya."

Bagaimana Pelaku Industri Kripto Merespons?

Beberapa bursa kripto besar, termasuk Binance dan Coinbase, mencatat lonjakan aktivitas keluar dana stablecoin seperti USDT dan USDC, yang kemudian ditarik ke mata uang fiat. Fenomena ini mencerminkan kekhawatiran bahwa situasi perang dapat menimbulkan pembatasan transaksi internasional, terutama jika konflik melibatkan Amerika Serikat secara langsung.

Sementara itu, para pendiri proyek Web3 dan DeFi di kawasan Timur Tengah mulai memindahkan likuiditas proyek mereka ke jaringan luar, termasuk ke Singapura dan Uni Emirat Arab. Ini menunjukkan bahwa efek perang Iran Israel terhadap crypto juga bisa berdampak ke stabilitas jaringan dan likuiditas protokol.

Kripto

Efek Terhadap Psikologi Investor Ritel

Bagi investor ritel, situasi ini memunculkan dualitas: ketakutan dan peluang. Ketakutan karena harga kripto turun tajam, tetapi juga peluang bagi mereka yang melihat ini sebagai "diskon besar".

Salah satu trader senior di komunitas lokal Indonesia menyebutkan, "Kondisi ini mirip dengan awal invasi Rusia ke Ukraina. Saat itu, Bitcoin turun drastis tapi justru rebound dalam beberapa minggu karena tekanan jual mulai mereda."

Dalam konteks ini, edukasi menjadi kunci. Banyak analis menyarankan untuk tidak melakukan panic selling, terutama jika investor tidak membutuhkan likuiditas dalam waktu dekat.

Perang Iran Israel ke Crypto dan Potensi Regulator

Di tengah kekacauan geopolitik, regulator keuangan dunia juga menaruh perhatian terhadap kripto. Jika konflik semakin meluas dan AS ikut campur, ada kemungkinan lembaga seperti SEC dan FATF memperketat aturan tentang aliran dana kripto lintas negara.

Artikel tentang perang Iran Israel ke crypto di Kriptokarensi.com membahas kemungkinan dampak ini secara menyeluruh. Salah satu kekhawatiran utama adalah potensi pembekuan aset kripto oleh bursa-bursa besar atas permintaan pemerintah, yang bisa mengacaukan kepercayaan investor.

Selain itu, sanksi ekonomi baru terhadap Iran bisa berdampak pada jaringan kripto yang digunakan di kawasan tersebut, termasuk proyek-proyek yang bergantung pada mining atau staking di wilayah Asia Barat.

Potensi Rebound: Apakah Kripto Akan Pulih?

Sejarah menunjukkan bahwa pasar kripto bisa pulih setelah guncangan geopolitik. Contohnya, Bitcoin sempat turun drastis saat awal perang Rusia-Ukraina pada 2022, namun kembali naik setelah pasar menyesuaikan diri dengan "new normal".

Indikator teknikal juga menunjukkan sinyal akumulasi. Menurut CryptoQuant, jumlah Bitcoin yang ditarik dari bursa mencapai titik tertinggi sejak Desember 2023, menandakan investor besar mulai membeli di harga diskon.

Namun demikian, selama konflik Iran-Israel belum mereda, volatilitas diperkirakan akan terus tinggi. Strategi dollar-cost averaging (DCA) dan manajemen risiko yang ketat menjadi pilihan yang lebih bijak dibanding spekulasi jangka pendek.

Apa yang Harus Dilakukan Investor Kripto Saat Ini?

Berikut beberapa saran yang bisa dipertimbangkan investor kripto:

  1. Pantau berita geopolitik secara real-time — situasi bisa berubah dalam hitungan jam.
  2. Jangan overleverage — hindari menggunakan margin tinggi dalam kondisi ekstrem.
  3. Diversifikasi aset — pertimbangkan alokasi ke stablecoin, emas digital, atau aset real.
  4. Gunakan cold wallet — jika situasi memburuk, simpan aset secara pribadi, hindari bursa yang rentan terkena dampak sanksi.
  5. Jaga emosi dan fokus pada jangka panjang — kripto adalah maraton, bukan sprint.

 

Posting Komentar