Efek Perang Iran Israel ke Crypto: Prediksi Harga, Volume Perdagangan, dan Arah Pasar Global
Di tengah kekhawatiran atas eskalasi militer, pasar kripto menunjukkan pola pergerakan harga yang fluktuatif. Bitcoin (BTC), sebagai aset utama di sektor ini, sempat melonjak hingga 5% dalam satu hari ketika laporan penyerangan terhadap infrastruktur Israel oleh Iran tersebar luas. Tapi lonjakan ini tidak sepenuhnya berkelanjutan, karena investor tetap memperhitungkan potensi dampak ekonomi makro seperti inflasi dan kebijakan suku bunga.
![]() |
Kripto |
![]() |
Kripto |
Harga Bitcoin dan Reaksi Pasar Awal
Ketika konflik meningkat di pertengahan April, Bitcoin
sempat naik dari kisaran US$63.000 ke US$66.400, didorong oleh persepsi bahwa
aset kripto bisa berfungsi seperti “emas digital”. Namun, reli tersebut
bersifat jangka pendek, karena kurangnya kepastian dari sisi kebijakan fiskal
dan moneter AS.
Menurut Reza Firmansyah, analis makroekonomi dari platform
perdagangan aset digital Kriptokarensi.com:
“Ketika tensi geopolitik meningkat, investor kripto
cenderung beralih ke stablecoin dan emas digital seperti Bitcoin, sebagai aset
pelindung nilai. Tapi ketidakpastian arah The Fed masih jadi faktor penentu
jangka menengah.”
Reza juga menambahkan bahwa jika konflik meluas dan menyebabkan gangguan rantai pasok energi global, maka harga minyak yang melonjak bisa memicu inflasi—yang justru bisa berdampak negatif ke pasar kripto karena potensi kenaikan suku bunga kembali terbuka.
![]() |
Kripto |
Volume Perdagangan Turun, Tapi Investor Baru Masuk
Data dari bursa kripto lokal seperti Tokocrypto dan Reku
menunjukkan bahwa volume perdagangan turun sekitar 3–5% dalam seminggu setelah
konflik Iran-Israel dimulai. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian investor ritel
memilih bersikap wait and see.
Namun, ada sisi lain yang menarik. Jumlah wallet baru dan
pencarian kata kunci “Bitcoin safe haven” di Google Trends justru meningkat.
Ini menunjukkan ketertarikan investor baru terhadap kripto sebagai bentuk
perlindungan nilai, mirip seperti ketika krisis Rusia–Ukraina pecah di 2022.
Probabilitas Intervensi AS dan Efeknya ke Pasar Kripto
Salah satu faktor yang menjadi perhatian besar investor
adalah potensi intervensi langsung Amerika Serikat dalam konflik. Berdasarkan
laporan dari lembaga riset QCP Capital, probabilitas bahwa AS akan ikut secara
aktif dalam konflik mencapai 60–90% jika serangan lanjutan terhadap
fasilitas militer Israel terus terjadi.
Apa artinya ini bagi kripto?
Jika AS benar-benar ikut campur, maka dua skenario besar
bisa terjadi:
- Lonjakan
permintaan terhadap aset safe haven seperti Bitcoin, emas, dan stablecoin.
- Tekanan
makro dari sisi kebijakan moneter akibat lonjakan inflasi, yang bisa
berdampak negatif.
Pasar kripto sangat sensitif terhadap narasi dan kebijakan.
Dalam kasus ini, arah kebijakan The Fed akan menjadi variabel kunci apakah
investor tetap bertahan atau keluar dari pasar aset berisiko.
Korelasi antara Bitcoin, Emas, dan Nasdaq
Sebelum konflik meletus, korelasi antara Bitcoin dan indeks
Nasdaq 100 berada di kisaran 0,75 (sangat kuat). Namun, pasca serangan Iran ke
Israel, korelasi ini menurun drastis ke 0,48, menurut data dari IntoTheBlock.
Artinya, Bitcoin mulai menunjukkan perilaku berbeda dari
saham teknologi dan cenderung bergerak selaras dengan emas.
Korelasi Bitcoin–emas naik dari 0,32 menjadi 0,62, sebuah
sinyal kuat bahwa investor global mulai melihat BTC sebagai aset pelindung
nilai ketika risiko geopolitik meningkat.
Fenomena ini sangat menarik bagi pengamat makro dan
portofolio manajer yang mencari diversifikasi dalam kondisi pasar tidak pasti.
ETF Bitcoin dan Arus Modal Institusional
Di tengah ketegangan ini, dana masuk ke ETF Bitcoin justru
naik sebesar US$237 juta dalam waktu dua minggu. ETF seperti BlackRock’s
iShares Bitcoin Trust dan Fidelity Wise Origin BTC ETF mencatatkan aliran dana
tertinggi sejak peluncuran.
Lonjakan dana institusional ini menandakan bahwa investor
besar melihat peluang jangka menengah, meskipun volatilitas jangka pendek masih
tinggi.
Altcoin dan Stablecoin: Rotasi Aset atau Aksi Bertahan?
Sementara Bitcoin menarik perhatian sebagai “emas digital”,
pasar altcoin menunjukkan performa yang lebih lesu. Ethereum (ETH) hanya naik
1,2% dalam seminggu terakhir, sementara token DeFi seperti AAVE dan UNI
mencatatkan penurunan.
Sebaliknya, stablecoin seperti USDT dan USDC mencatat
peningkatan permintaan. Dominasi Tether (USDT.D) naik dari 6,8% menjadi 7,3%
dalam dua hari. Ini menandakan adanya rotasi aset dari altcoin ke stablecoin
sebagai bentuk bertahan dari ketidakpastian.
Perang Iran Israel ke Crypto: Link Relevan ke
Kriptokarensi.com
Jika Anda ingin membaca lebih banyak soal bagaimana efek
konflik Iran–Israel terhadap pasar kripto secara real-time, perang iran israel ke crypto
adalah sumber terbaik yang terus memperbarui data, analisis ahli, serta
prediksi pergerakan pasar berdasarkan skenario terbaru.
Outlook Jangka Pendek dan Saran Investor
Dalam kondisi seperti ini, tidak ada strategi yang
sepenuhnya aman. Investor perlu memahami bahwa pasar kripto sangat responsif
terhadap geopolitik, inflasi, dan kebijakan bank sentral.
Saran untuk investor:
- Gunakan
stablecoin sebagai penyangga volatilitas.
- Hindari
leverage tinggi, terutama saat data CPI atau FOMC akan dirilis.
- Fokus
pada aset utama (BTC, ETH) dengan likuiditas tinggi.
- Pantau
berita makro dan geopolitik secara ketat.
Pasar kripto sedang berada di persimpangan antara krisis dan
peluang. Jika Anda bisa membaca arah angin dengan baik, bahkan konflik global
pun bisa menjadi celah strategis untuk membangun posisi jangka panjang.