ZMedia Purwodadi

Dampak Geopolitik: Bagaimana Perang Iran-Israel Mengubah Arah Pasar Kripto

Daftar Isi
Kriptokarensi.com - Konflik bersenjata antara Iran dan Israel telah menjadi perhatian global dalam beberapa bulan terakhir. Tidak hanya memengaruhi sektor energi dan geopolitik Timur Tengah, perang ini juga mengguncang industri kripto secara signifikan. Investor global kini semakin waspada terhadap efek domino dari konflik tersebut terhadap aset digital seperti Bitcoin, Ethereum, dan altcoin lainnya.

Perang yang pecah di kawasan Timur Tengah, wilayah yang strategis secara politik dan ekonomi, menciptakan gejolak yang berdampak luas terhadap sentimen investor global. Dalam kondisi tidak pasti seperti ini, pasar keuangan—termasuk kripto—mengalami lonjakan volatilitas.


Kripto




Investor Global Beralih ke Aset Digital?

Ketika terjadi ketegangan geopolitik seperti perang Iran-Israel, banyak investor mencari tempat yang dianggap lebih aman atau disebut sebagai safe haven asset. Selama ini, emas dan obligasi pemerintah AS menjadi pilihan utama. Namun, menariknya, dalam beberapa tahun terakhir, Bitcoin mulai memasuki daftar ini.

Hal ini tercermin dari pergerakan harga Bitcoin pasca eskalasi konflik. Setelah serangan drone Iran ke wilayah Israel pada bulan April 2024, Bitcoin tercatat melonjak dari US$64.000 menjadi US$66.500 hanya dalam waktu 12 jam. Ini merupakan indikasi bahwa investor global mulai melihat kripto sebagai salah satu pelarian dari gejolak ekonomi tradisional.

“Ketegangan geopolitik seperti perang Iran-Israel memicu pelarian investor ke aset lindung nilai, termasuk Bitcoin,” ujar Vijay Ayyar, VP Luno Exchange dalam wawancara bersama Bloomberg.

Meski begitu, Bitcoin tetaplah aset berisiko tinggi. Lonjakan harga bisa diikuti oleh penurunan tajam sewaktu-waktu jika sentimen pasar berubah.

Dominonya Dampak Ke Industri Kripto

Dampak perang Iran-Israel ke crypto tidak hanya memengaruhi harga Bitcoin. Aktivitas transaksi, volume perdagangan, hingga ketertarikan institusi terhadap kripto juga berubah secara signifikan.

Di platform seperti Binance dan Coinbase, volume transaksi meningkat drastis hingga 25% setelah serangan pertama dikonfirmasi oleh media global. Aktivitas ini menunjukkan bahwa trader aktif mencoba mengambil keuntungan dari fluktuasi harga. Namun, di sisi lain, pelaku industri seperti pengembang proyek blockchain atau penyedia dompet kripto menjadi lebih hati-hati.

Regulasi juga menjadi tantangan tambahan. Di tengah kekacauan geopolitik, negara-negara seperti AS, Inggris, dan UE berpotensi memperketat pemantauan terhadap transaksi digital lintas negara untuk mencegah pendanaan perang atau sanksi ekonomi yang bocor via kripto.

Kripto

Apa yang Akan Terjadi Jika Konflik Meluas?

Pertanyaan yang terus mengemuka adalah: bagaimana jika Amerika Serikat, Rusia, atau bahkan Tiongkok ikut campur dalam konflik ini? Ketegangan multilateral akan mendorong pasar ke level ketidakpastian baru.

Investor kripto akan menghadapi dua kemungkinan ekstrem:

  • Lonjakan harga akibat pelarian aset besar-besaran ke Bitcoin sebagai lindung nilai,
  • Atau anjloknya harga karena panic selling dan pemblokiran akses ke pertukaran kripto tertentu.

Contohnya, saat Rusia menginvasi Ukraina pada 2022, volume transaksi Bitcoin di Rusia dan Ukraina melonjak drastis. Namun, pada saat yang sama, harga global Bitcoin justru sempat anjlok karena kekhawatiran makroekonomi. Situasi yang sama bisa terjadi jika konflik Iran-Israel meningkat lebih jauh dan melibatkan kekuatan besar dunia.

Respons Komunitas dan Perusahaan Kripto

Respons dari berbagai pihak di dunia kripto sangat beragam. Beberapa pengembang seperti Chainalysis dan Elliptic mulai memperketat pemantauan aktivitas wallet yang berpotensi digunakan untuk pendanaan militer atau terorisme. Sementara itu, CEO Coinbase, Brian Armstrong, dalam pernyataan di Twitter, menekankan pentingnya "netralitas teknologi blockchain" di tengah situasi konflik.

Namun, beberapa komunitas merasa bahwa industri kripto harus lebih tegas dalam mengambil posisi etis, terutama ketika teknologi blockchain digunakan untuk menghindari sanksi atau membantu pendanaan kelompok bersenjata.

Kripto

Perang Iran Israel ke Crypto: Risiko dan Peluang

Bila Anda bertanya-tanya apakah perang Iran Israel ke crypto memberikan peluang atau justru menimbulkan risiko besar, jawabannya tergantung pada profil risiko Anda sebagai investor.

Bagi trader aktif, situasi seperti ini merupakan “ladang volatilitas” yang bisa menghasilkan profit tinggi dalam waktu singkat. Namun, bagi investor jangka panjang, kondisi seperti ini menuntut ketahanan mental dan strategi investasi yang lebih matang.

Peluang tetap ada, terutama untuk aset seperti Ethereum yang mulai menunjukkan kekuatan teknologinya dalam mendukung sistem keuangan yang tidak bergantung pada negara atau bank sentral. Namun, risiko gejolak jangka pendek tetap besar.